Rabu, 06 November 2013

Pentingnya Pendidikan Agama dan Pancasila Bagi Pelajar


Tawuran antar pelajar akhir-akhir ini makin meresahkan dan mengganggu ketenteraman masyarakat. Hampir setiap hari peristiwa ini terjadi, baik yang diliput oleh media maupun yang tidak terliput. Penyebabnya seringkali bermula dari masalah sepele seperti saling ejek. Pekan lalu, kasus tawuran pelajar di dalam Bus 213 Kampung Melayu–Grogol menarik perhatian publik (4/10/13). Dalam kejadian tersebut seorang pelajar menyiramkan air keras kepada pelajar lain yang dianggap musuhnya. Kejadian tersebut tidak saja melukai lawan pelajar tersebut, tetapi juga penumpang lain yang ada dalam bus.

Pelajar adalah calon generasi penerus bangsa yang seharusnya tidak boleh melakukan tawuran yang dapat mengganggu ketertiban umum. Pelajar harusnya mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna bagi masa depannya daripada hanya sekedar tawuran. Meskipun sudah dilerai oleh warga bahkan tak sedikit yang ditangkap oleh pihak Kepolisian, tawuran seakan tidak pernah berhenti. Apakah ini berarti tawuran sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian pelajar dan peserta tawuran tersebut bangga telah melakukan tindakan yang menjurus kriminal?. Jika jawabannya iya, maka sungguh ini adalah sebuah ironi.
Berbagai teori telah dikemukakan untuk menjawab pertanyaan mengapa tawuran pelajar sering terjadi, mulai dari minimnya hubungan yang intens antara anak dengan orang tua, kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi, hingga faktor minimnya ruang publik untuk berekspresi. Namun dari berbagai teori yang ada, patut juga kita cermati bahwa pendidikan Agama dan Pancasila sejak kecil juga memegang peranan yang sangat besar. Dengan pendidikan Agama dan Pancasila yang intens sejak dini, seorang anak dapat memfilter sendiri apakah perbuatan yang akan, sedang atau telah dilakukan merupakan perbuatan baik atau buruk. Maka seorang anak disini akan menjadi benteng bagi dirinya sendiri.
Pendidikan Agama dan Pancasila perlahan-lahan mulai pudar, dikesampingkan dan bahkan dilupakan, padahal Ada banyak nilai moral yang bisa dipetik. Dalam pendidikan Agama diajarkan bagaimana untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia, bersifat jujur, sabar, menjaga perasaan orang lain, berbuat baik terhadap sesama, saling memaafkan dan saling menghargai. Dalam pendidikan Pancasila setiap warga negara diajarkan untuk berbudi pekerti luhur, saling menghargai perbedaan, menyelesaikan masalah dengan musyawarah, mengutamakan kepentingan bersama dan menonolong sesama.
Dengan nilai-nilai yang diajarkan tersebut, pelajar dapat mengubah mindset-nya kepada pelajar lain dari “kami” menjadi “kita sebagai bangsa”. Dengan demikian tidak perlu lagi terjadi tawuran, selain itu nilai-nilai ini juga dapat menguatkan kepribadian setiap pelajar. Menanamkan nilai-nilai Agama dan Pancasila kepada pelajar dibutuhkan peranan semua pihak termasuk sekolah dan orang tua untuk turut mengamalkannya sebagai teladan bagi para pelajar. Pelajar dengan akhlak mulia dan budi pekerti luhur merupakan modal untuk membentuk tunas bangsa yang kuat.

0 komentar:

Posting Komentar